Di
tengah gejala menguatnya politik identitas, politik kebencian,
tergerusnya persatuan dan kebinekaan, pemerintah me- ngampanyekan Pekan
Pancasila.
Acara yang berlangsung 29 Mei-4 Juni itu diselenggarakan bersamaan
dengan peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni. Peringatan kelahiran
Pancasila berdasarkan pidato Ir Soekarno dalam Sidang BPUPKI pada 1 Juni
1945 yang membawa pesan futuristik dan imperatif.
Pancasila
merupakan titik temu kebinekaan Indonesia dengan nilai-nilai yang
digali dari bumi pertiwi.
Dalam sejarah kehadirannya, Pancasila berkali-kali mengalami turbulensi.
Puluhan tahun dipolitisasi untuk kepentingan kekuasaan, setelah
reformasi sayup-sayup terdengar dalam lingkaran perbincangan publik,
bahkan nyaris dilupakan. Beberapa tahun kemudian, mulai disadari betapa
Pancasila kaya dan sarat makna.
Kehadiran
berbagai lembaga pengkajian Pancasila, dan terbitnya buku-buku tentang
Pancasila, menunjukkan masih ada gairah terus menghidupkan Pancasila.
Dari sisi rumusan kata-kata dan kalimat, Pancasila dengan kelima
silanya, sudah selesai. Namun, sebagai ideologi yang terbuka, Pancasila
menuntut pemaknaan baru yang aktual dan practicable.
Jajak pendapat Litbang Kompas, 24-26 Mei 2017, menunjukkan 43,6 persen
responden menjawab Pancasila adalah faktor perekat atau penyatu bangsa.
Karena itu, nilai yang terkandung dalam kelima sila tidak cukup
dirumuskan (norma normata), tetapi harus dikembangkan menjadi norma
normans(norma yang hidup dan menjadi pola pikir).
Kelima
sila itu perlu menjadi etos kerja hidup berpemerintahan dan bernegara.
Pancasila adalah fakta historis yang harus dihidupi. Dalam keadaan
sehari-hari, eksistensi Pancasila kurang dijadikan perekat. Pancasila
hanya dijadikan jargon politik, tidak menyatu dengan napas kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pancasila belum menjadi ideologi yang bekerja.
Dalam
kondisi demikian, dengan mudah masuk ideologi yang berseberangan. Dan
ketika semua serba terbuka dan mengglobal, berbagai ideologi menawarkan
diri (dipaksakan) jadi rujukan, tanpa sengaja eksistensi ideologis
Pancasila terancam.
Eksistensi ideologis Pancasila semakin terancam juga di akibatkan
tindakan – tindakan Radikalisme yang semakin meraja rela yang
mengakibatkan warga sangat mudah mengabaikan peraturan yang ada,
sehingga bermunculanlah tindakan – tindakan yang tidak bermoral dan
adanya demo – demo untuk menentang radikalisme agar ideologis Pancasila
tidak dilupakan.
About Aguz Hadi
BLOG ini dibuat dalam rangka Partisipasi PTI 4B dalam mengikuuti Lomba Majalah Dinding Digital yang diselenggarakan oleh HMJ Pendidikan Teknik Pendidikan Informatika
0 komentar:
Posting Komentar