Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 09 Juni 2017

PROFIL

 

 
I Ketut Andika Pradnyana itulah nama lengkapnya, lahir di Nusa Penida, Klungkung pada tanggal 14 Agustus 1996. Dia dibesarkan dalam sebuah keluarga yang boleh dikatakan kurang berkecukupan dalam ekonomi. Andika Merupakan Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Penalaran dan Karya Ilmiah. Orang tuanya hanya mengandalkan kebutuhan hidup bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Hidup di pulau Nusa Penida dirasakan sangat menyenangkan baginya, “saya merasa tidak kecewa dan tidak merasa kalah dengan orang yang hidup di kota, saya bangga dengan Nusa Penida yang memberikan banyak pengetahuan dan banyak pengalaman.” Andika lulusan SD 7 Sakti, SMPN 2 Nusa Penida, dan SMAN 1 Nusa Penida dan sekarang menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha
Sejak kecil, Andika Pradnyana dikenal sebagai anak seniman yang selalu berkeliling ngaturang ngayah megmel. 
Dari sejak kelas 2 SD hingga lulus SMA sudah menekuni music tradisional. Salah satu teman dekat Andika yang sekarang juga menjadi teman seperjuangan di rantauan yaitu Wayan Darnanta, pernah menuangkan cerita tentang Andika bawa pada SMP sampai SMA bahkan sampai sekarang juga jiwa seni nya tidak pernah luntur bahkan sekarang menekuni bidang karya tulis dengan memanfaatkan budaya lokal Nusa Penida yang masih sangat kental membuat Andika mampu mengembangkan ide-ide kreatif itu menjadi sebuah karya tulis, itu terbukti dengan lolosnya PKM Andika di dikti tahun 2015 dan 2016 tentang Nusa Penida. Tidak hanya itu Andika juga pernah mendapatkan juara pada lomba-lomba PKM.
Berbekal pengalaman dan pengetahuan seperti itu masih sangat kurang untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang ingin digapainya. Seperti motto hidupnya “ SEDERHANA NAMUN BERMAKNA” walaupun hanya sebuah hal yang kecil, bahkan sangat sederhana, tetapi itu nyata dan bermanfaat, maka itu akan bermakna bagi semua orang. Dengan motto seperti itu Andika berkeinginan untuk bisa berbagi pengalaman untuk mencapai tujuan bersama.. I Ketut Andika Pradnyana itulah nama lengkapnya, lahir di Nusa Penida, Klungkung pada tanggal 14 Agustus 1996. Dia dibesarkan dalam sebuah keluarga yang boleh dikatakan kurang berkecukupan dalam ekonomi. Orang tuanya hanya mengandalkan kebutuhan hidup bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Hidup di pulau Nusa Penida dirasakan sangat menyenangkan baginya, “saya merasa tidak kecewa dan tidak merasa kalah dengan orang yang hidup di kota, saya bangga dengan Nusa Penida yang memberikan banyak pengetahuan dan banyak pengalaman.” Andika lulusan SD 7 Sakti, SMPN 2 Nusa Penida, dan SMAN 1 Nusa Penida dan sekarang menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha
Sejak kecil, Andika Pradnyana dikenal sebagai anak seniman yang selalu berkeliling ngaturang ngayah megmel. Dari sejak kelas 2 SD hingga lulus SMA sudah menekuni music tradisional. Salah satu teman dekat Andika yang sekarang juga menjadi teman seperjuangan di rantauan yaitu Wayan Darnanta, pernah menuangkan cerita tentang Andika bawa pada SMP sampai SMA bahkan sampai sekarang juga jiwa seni nya tidak pernah luntur bahkan sekarang menekuni bidang karya tulis dengan memanfaatkan budaya lokal Nusa Penida yang masih sangat kental membuat Andika mampu mengembangkan ide-ide kreatif itu menjadi sebuah karya tulis, itu terbukti dengan lolosnya PKM Andika di dikti tahun 2015 dan 2016 tentang Nusa Penida. Tidak hanya itu Andika juga pernah mendapatkan juara pada lomba-lomba PKM.
Berbekal pengalaman dan pengetahuan seperti itu masih sangat kurang untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang ingin digapainya. Seperti motto hidupnya “ SEDERHANA NAMUN BERMAKNA” walaupun hanya sebuah hal yang kecil, bahkan sangat sederhana, tetapi itu nyata dan bermanfaat, maka itu akan bermakna bagi semua orang. Dengan motto seperti itu Andika berkeinginan untuk bisa berbagi pengalaman untuk mencapai tujuan bersama.
Published: By: Aguz Hadi - Juni 09, 2017

SEPUCUK PUISI

PANCASILA

Aku disini di lahirkan
di alam yang segar ini
aku tumbuh dan dewasa

menjadi orang yang berbudi aku bermimpi dalam tidurku
bertemu pendirimu
para pahlawan kemerdekaan

para pejuang bangsa ini kini engkau terguncang
melawan diri
melawan anakmu

yang sebagian durhaka izinkan aku mengabdi
memperbaiki keadaan ini dan meneruskan impian para pendirimu
Published: By: Aguz Hadi - Juni 09, 2017

TAJUK RENCANA


Dampak Radikalisme terhadap pancasila. 
Di tengah gejala menguatnya politik identitas, politik kebencian, tergerusnya persatuan dan kebinekaan, pemerintah me- ngampanyekan Pekan Pancasila. Acara yang berlangsung 29 Mei-4 Juni itu diselenggarakan bersamaan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni. Peringatan kelahiran Pancasila berdasarkan pidato Ir Soekarno dalam Sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 yang membawa pesan futuristik dan imperatif. 
Pancasila merupakan titik temu kebinekaan Indonesia dengan nilai-nilai yang digali dari bumi pertiwi. Dalam sejarah kehadirannya, Pancasila berkali-kali mengalami turbulensi. Puluhan tahun dipolitisasi untuk kepentingan kekuasaan, setelah reformasi sayup-sayup terdengar dalam lingkaran perbincangan publik, bahkan nyaris dilupakan. Beberapa tahun kemudian, mulai disadari betapa Pancasila kaya dan sarat makna. 
Kehadiran berbagai lembaga pengkajian Pancasila, dan terbitnya buku-buku tentang Pancasila, menunjukkan masih ada gairah terus menghidupkan Pancasila. Dari sisi rumusan kata-kata dan kalimat, Pancasila dengan kelima silanya, sudah selesai. Namun, sebagai ideologi yang terbuka, Pancasila menuntut pemaknaan baru yang aktual dan practicable. Jajak pendapat Litbang Kompas, 24-26 Mei 2017, menunjukkan 43,6 persen responden menjawab Pancasila adalah faktor perekat atau penyatu bangsa. Karena itu, nilai yang terkandung dalam kelima sila tidak cukup dirumuskan (norma normata), tetapi harus dikembangkan menjadi norma normans(norma yang hidup dan menjadi pola pikir). 
Kelima sila itu perlu menjadi etos kerja hidup berpemerintahan dan bernegara. Pancasila adalah fakta historis yang harus dihidupi. Dalam keadaan sehari-hari, eksistensi Pancasila kurang dijadikan perekat. Pancasila hanya dijadikan jargon politik, tidak menyatu dengan napas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila belum menjadi ideologi yang bekerja. 
Dalam kondisi demikian, dengan mudah masuk ideologi yang berseberangan. Dan ketika semua serba terbuka dan mengglobal, berbagai ideologi menawarkan diri (dipaksakan) jadi rujukan, tanpa sengaja eksistensi ideologis Pancasila terancam. Eksistensi ideologis Pancasila semakin terancam juga di akibatkan tindakan – tindakan Radikalisme yang semakin meraja rela yang mengakibatkan warga sangat mudah mengabaikan peraturan yang ada, sehingga bermunculanlah tindakan – tindakan yang tidak bermoral dan adanya demo – demo untuk menentang radikalisme agar ideologis Pancasila tidak dilupakan.
Published: By: Aguz Hadi - Juni 09, 2017

Kamis, 08 Juni 2017

RESENSI FILM "DIBALIK 98"



IDENTITAS
Produser: Affandi Abdul Rachman
Sutradara: Lukman Sardi
Penulis: Samsul HadiIfan Ismail
Pemeran: Chelsea IslanBoy WilliamDonny AlamsyahRirin Ekawati

PEMERAN
Chelsea Islan : Sbg Diana
Boy William : Sbg Daniel
Donny Alamsyah : Sbg Bagus
Ririn Ekawati : Sbg Salma
Teuku Rifnu Wikana: Sbg Rachmat
Bima Azriel : Sbg Gandung
Verdi Solaiman : Sbg Karumga
Alya Rohali : Sbg Mbak Dayu
Fauzi Baadilla : Sbg Rahman
Agus Kuncoro : Sbg BJ Habibie
Amoroso Katamsi : Sbg Presiden Soeharto
Marissa Puspitasasri : Sbg Lusi
Elkie Kwee : Sbg Papa Daniel
Iang Darmawan : Sbg Harmoko
Zulkifli Nasution : Sbg Saadilah Mursyid
Asrul Dahlan : Sbg Sintong Panjaitan
Eduwart Soritua : Sbg Amin Rais
Agus Cholid : Sbg Ginanjar Kartasasmita
Guntoro Slamet : Sbg Hamami Nata
Nursalim Mas : Sbg Sutiyoso
Rudie Purwana : Sbg Syafrie Syamsudin
Meulela Meurah : Sbg Syarwan Hamid
Gito Juwono : Sbg Zaki Anwar Makarim
Nugraha : Sbg Nurcholis Madjid

SINOPSIS
Belakangan ini semakin banyak saja film produksi Indonesia yang mengangkat sejarah di balik berbagai peristiwa dan tokoh penting di negeri ini. Di awal tahun 2015 ini, muncul lagi sebuah film karya anak bangsa yang mengangkat tema yang sama, yaitu film Dibalik 98. Film ini mengisahkan tentang runtuhnya pemerintahan Orde Baru dengan ditandai mundurnya Presiden Soeharto. Pendekatannya sendiri bukan sudut pandang politis, melainkan soal kemanusiaan.
Film Dibalik 98 ini berlatarkan peristiwa Mei 1998 saat reformasi terjadi di Tanah Air, dengan puncaknya Tragedi Trisakti pada 13-14 Mei 1998, yang kemudian dikenal hingga sekarang sebagai salah satu tragedi kelam bangsa ini. Ada beberapa karakter utama dalam film bergenre drama ini, mulai dari sudut pandang mahasiswa, sisi militer, petugas rumah tangga istana, hingga rakyat kecil, dengan lokasi syuting di beberapa kawasan Jakarta hingga ke Istana Bogor. (Baca juga: 
 Diceritakan, kondisi Jakarta pada tahun 1998 dengan terjadinya krisis moneter membuat rakyat menjadi panik dan berada dalam ketakutan. Namun, Presiden Soeharto yang dituntut turun oleh mahasiswa tetap pergi ke Kairo menghadiri KTT G-15. Ketika itulah, Wakil Presiden BJ Habibie dikejutkan insiden penembakan di Trisakti yang berbuntut terjadinya kerusuhan besar. Di balik semua tragedi itu, ada kisah sebuah keluarga dan sepasang kekasih yang terpisahkan
Bagus, seorang Letnan Dua, berada dalam situasi pelik ketika harus menjalankan tugas sebagai petugas keamanan dan menjaga istrinya, Salma, seorang pegawai Istana Negara, yang sedang hamil besar. Dalam sebuah kerusuhan, sang istri pun dinyatakan hilang. Hati Bagus pun menjadi hancur, apalagi dia juga mendapat tekanan dari atasannya. Selain itu, adik iparnya, Diana juga menuduh Bagus tidak bisa menjaga Salma, sehingga membuat mereka saling tuduh.
Diana sendiri yang seorang aktivis mahasiswa, juga harus kehilangan pacarnya, Daniel, yang ikut berjuang bersamanya. Daniel yang merupakan seorang mahasiswa keturunan Tionghoa terjebak dalam sweeping yang dilakukan warga terhadap orang-orang non pribumi. Padahal, dia baru saja kehilangan ayah dan adiknya dalam kerusuhan 14 Mei. Untung saja, Daniel akhirnya bisa selamat dan menemukan keluarganya, lalu ikut pindah meninggalkan Indonesia.
Published: By: Aguz Hadi - Juni 08, 2017

LAPUT - Makna Pendidikan Pancasila Melawan Radikalisme

<![endif]-->Radikalisme diartikan sebagai sikap atau paham yang secara ekstrim, revolusioner dan militan untuk memperjuangkan perubahan dari arus utama yang dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam wujud yang berbau kekerasan fisik. Ideologi pemikiran, kampanye yang masif dan demonstrasi sikap yang berlawanan dan ingin mengubah mainstream dapat digolongkan sebagai sikap radikal.
Kenapa gerakan radikalisme ini muncul ? Banyak faktor yang melatar belakangi namun umumnya gerakan ini muncul sebagai akibat dari berbagai kepentingan politik seperti ketidakpuasan pada politik, keterpinggiran politik dan lainnya. Apapun alasannya gerakan radikalisme tetap tidak bisa dibiarkan tumbuh di Indonesia, terlebih lagi negara ini memiliki ideologi pancasila yang sudah disepakati sebagai dasar negara oleh semua pihak dari bergam latar belakang dalam rapat pengesahan Piagam Jakarta tahun 1945, dan setiap tahunnya bangsa ini selalu memperingati hari kelahiran pancasila yang dideklarasikan oleh Ir.Soekarno pada 1 Juni 1945.
Dengan berbagai fakta yang ada dapat diasumsikan bahwa seharusnya gerakan radikal ini tidak boleh lagi lahir di Indonesia, sudah seharusnya semua element bangsa bergerak merapatkan barisan menolak gerakan radikalisme tersebut. Sudah terbukti bahwa gerakan radikalisme hanya membawa kekacauan dan merusak stabilitas negara, tentu bangsa ini masih ingat bagaimana rasanya hidup berdampingan dengan gerakan radikalisme saat dua orang asal Malaysia Dr. Azhari dan Noordin Mohammad Top menebar terror di Indonesia, mereka berkolaborasi dengan jaringan radikal yang ada di Nusantara untuk menciptakan berbagai terror yang membuat rakyat hidup dalam perasaan tidak tenang serta terror yang meraka ciptakan juga mengakibatkan banyak korban berjatuhan dan sempat membuat nama Indonesia tercoreng di dunia Internasional.
Radikalisme saat ini telah menjadi ancaman yang berbahaya bagi kesatuan dan kesejahteraan bangsa, terutama karena paham radikal itu berusaha mengoyak sejarah dan keagungan bangsa besar bernama Indonesia. Menanggapi hal ini, Akademisi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Bambang Widodo Umar menyatakan keprihatinannya. Namun ia yakin bahwa Indonesia sebenarnya memiliki senjata ampuh untuk melawan radikalisme, yakni Pancasila. Menurutnya Pancasila berisi penguatan terhadap pemahaman agama dan nasionalisme, sehingga alih-alih berbenturan, agama dan nasionalisme dapat bersinergi untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi. “Pancasila harus menjadi orientasi kehidupan yang bersifat komunal atau umum,” ungkapnya saat dihubungi tim Pusat Media Damai (PMD) Selasa, (01/03/16).
Prof Bambang juga menekankan pentingnya penerapan ideologi pancasila dalam setiap kurikulum pendidikan, sehingga bangsa kita tumbuh menjadi bangsa yang paham makna dan aplikasi Pancasila dalam laku sehari-hari. “Mata pelajaran atau mata kuliah harus sesuai dengan kepribadian bangsa. Para pendidik jangan mengambil begitu saja teori baru dari luar, yang tidak sesuai dengan Pancasila,” jelasnya. Ia menyadari bangsa ini sedang diserang oleh berbagai paham luar yang tidak sesuai dengan cita-cita bangsa, radikalisme dan terorisme merupakan sebagian dari serangan itu. Cara ampuh untuk melawan paham berbahaya itu menurutnya adalah dengan menguatkan pemahaman terhadap Pancasila dan agama.
Saat ini Pancasila adalah ideologi yang terbuka., dan sedang diuji daya tahannya terhadap gempuran, pengaruh dan ancaman ideologi-ideologi besar lainnya, seperti liberalisme (yang menjunjung kebebasan dan persaingan), sosialisme (yang menekankan harmoni), humanisme (yang menekankan kemanusiaan), nihilisme (yang menafikan nilai-nilai luhur yang mapan), maupun ideologi yang berdimensi keagamaan.
Pancasila, sebagai ideologi terbuka pada dasarnya memiliki nilai-nilai universal yang sama dengan ideologi lainnya, seperti keberadaban, penghormatan akan HAM, kesejahteraan, perdamaian dan keadilan. Dalam era globalisasi, romantisme kesamaan historis jaman lalu tidak lagi merupakan pengikat rasa kebersamaan yang kokoh. Kepentingan akan tujuan yang akan dicapai lebih kuat pengaruhnya daripada kesamaan latar kesejarahan. Karena itu, implementasi nilai-nilai Pancasila, agar tetap aktual menghadapi ancaman radikalisme, terorisme dan separatisme harus lebih ditekankan pada penyampaian tiga message berikut :      
A.    Negara ini dibentuk berdasarkan kesepakatan dan kesetaraan, di mana di dalamnya tidak boleh ada yang merasa sebagai pemegang saham utama, atau warga kelas satu
B.      Aturan main dalam bernegara telah disepakati., dan Negara memiliki kedaulatan penuh untuk menertibkan anggota negaranya yang berusaha secara sistematis untuk merubah tatanan, dengan cara-cara yang melawan hokum
C.      Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masa depan dan pengayoman seimbang untuk meraih tujuan nasional masyarakat adil dan makmur, sejahtera, aman, berkeadaban dan merdeka.
Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945 yang harus tetap diimplementasikan itu adalah :
A.     Kebangsaan dan persatuan
B.     Kemanusiaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia
C.     Ketuhanan dan toleransi
D.      Kejujuran dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan
E.      Demokrasi dan kekeluargaan
Ketahanan Nasional merupakan suatu kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan dan dibina secara terus menerus secara sinergis dan dinamis mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan dan nasional yang bermodalkan keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional.
          Salah satu unsur ketahanan nasional adalah Ketahanan Ideologi. Ketahanan Ideologi perlu ditingkatkan dalam bentuk :
A.     Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif
B.     Aktualisasi, adaptasi dan relevansi ideologi Pancasila terhadap nilai-nilai baru
C.     Pengembangan dan penanaman nilai-nilai bhinneka tunggal ika dalam seluruh kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara
Menggalakkan propaganda anti radikalisme seharusnya menjadi salah satu agenda utama untuk memerangi gerakan radikalisme dari dalam kampus. Peran itu menjadi semakin penting karena organisasi mempunyai banyak jaringan dan pengikut sehingga akan memudahkan propaganda-propaganda kepada kader-kadernya. Jika ini dilaksanakan dengan konsisten, maka pelan tapi pasti gerakan radikalisme bisa dicegah tanpa harus menggunakan tindakan represif yang akan banyak memakan korban.







Published: By: Aguz Hadi - Juni 08, 2017

OPINI

Mahasiswa Berpancasila Sebagai Penangkal Radikalisme
Radikalisme adalah sikap yang dapat merusak kedaulatan sebuah bangsa, sikap ini akan menimbulakan gesekan gesekan politik ekstrem yang dapat menimbulkan perpecahan. paham radilkal sudah hampir merusak kebinekaan negara indonesia hal ini dibuktikan dari adanya bentrokan antar suku maupun kelompok masyarakan yang ingin menonjolkan suku, agama, ras dan golongan masing-masing. Padahal indonesia adalah negara yang terkenal akan keberagaman. 
Peran generasi muda sangat dibutuhkan untuk membasmi paham radikal yang salah. Mahasiawa adalah generasi muda yang natinya akan memikul tanggung jawab untuk melanjutkan cita-cita para leluhur dan pendiri bangsa. Peran mahasiswa sangat penting sebab masyarakan menilai mahasiswa sebagai kaum intelektual dan contoh bagi masyarakat. Disini lah mahasiswa harus bisa menumbuhkan rasa nasionalis dan mengamalkan nilai nilai yang terkandung didalam panca sila.

  • Dimulai dari sila pertama, yaitu ketuhanan yang maha esa.
    dalam hal ini mahasiswa harus memeluk dan menjalankan kewajiban beragama dengan baik. Karena salah satu syarat menjadi warga indonesia yang baik adalah memeluk salah satu agama dari lima agama yang diakui di indonesia.
  • Sila ke-dua,  yaitu kemanusiaan yang adil dan beradap.
    dalam pengamalan sila ke dua mahasiswa harus bisa menjadi sosok yang dipenuhi oleh jiwa kemanusiaan.
  • Sila ke-tiga, yaitu persatuan indonesia.
    nilai dari sila ketiga mengajarkan mahasiswa untuk menyadari bahwa persatuan didalam sebuah bangsa itu penting. Tanpa adanya persatuan negara indonesia tidak akan dapat berdiri dan berdaulat.
  • Sila ke-empat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
    Mahasiswa harus bisa menghargai sesama. Karena setiap warga negara memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang setara. Dan mengutamakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan.
  • Sila ke-lima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
    dalam hal ini mahasiswa harus dapat berlaku adil terhadap sesama, dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Apabila pengamalan ke lima sila dari panca sila terpenuhi dengan baik sudah pasti kedepannya indonesia menjadi negara yang kuat, dan tidak akan terpengaruh lagi terhadap paham-paham radikal yang dapat merusak keutuhan bangsa.
Published: By: Aguz Hadi - Juni 08, 2017